Batu Doa
Pada waktu saya mengajar anak-anak kelas tiga tentang doa, saya mengakhiri pelajaran dengan mengajak mereka berdoa…
Saya telah mempersiapkan batu-batu dengan ukuran yang cocok, dan saya memberikan satu batu beserta selembar kain kecil (kain milik saya bergambar wajah yang tersenyum) kepada masing-masing anak. Anak-anak membungkus batu dengan kain serta mengikatnya dengan pita. Kemudian saya memberi mereka masing-masing sebuah puisi “Batu Doa” untuk diikatkan pada batu.
Saya membaca puisi dengan keras dan anak-anak semua tertawa terbahak-bahak - mereka menganggapnya lucu. Tetapi, puisi itu segera memancing pembicaraan tentang doa pagi dan doa malam. Bahkan sebelumnya tidak pernah terpikir oleh beberapa anak untuk mengucapkan doa pagi!
Saya menemukan cara menarik untuk mengikatkan puisi pada batu. Saya mengetik puisi 'Batu Doa' dan mencetaknya dengan kertas komputer biasa. Kemudian print-out saya lekatkan pada kartu nama berwarna putih. Saya menggunakan gunting zig-zag untuk memotongnya dan melubangi ujungnya dengan perforator. Anak-anak mengikatkan puisi pada batu dengan pita. Label puisi itu sendiri tampak seolah-olah dicetak di atas kertas khusus. Sangat indah. Sekarang saya menggunakannya sebagai label hadiah Natal. Inilah puisi Batu Doa itu:
BATU DOA
Akulah batu doamu yang mungil dan inilah yang akan kulakukan:
Letakkan aku di atas bantalmu hingga malam tiba.
Kemudian naiklah ke atas ranjangmu.
Dan ADUH!
Batu doamu yang mungil akan meninju kepalamu.
Kamu jadi ingat bahwa hari telah berlalu.
Berlutut dan ucapkan doamu seturut hatimu.
Jika telah selesai doamu buang saja aku ke lantai.
Aku'kan tinggal di sana sepanjang malam untuk membantumu sekali lagi.
Ketika kau bangun esok pagi KLOTHAK!
Tersandung kakimu.
Jadi teringatlah kamu akan doa pagimu sebelum kamu pergi.
Letakkan aku kembali di atas bantalmu, jika sudah rapi ranjangmu.
Dan batu doamu yang kecil serta pintar ini akan tetap menolongmu.
Sebab Bapamu yang di surga sangat mengasihi dan mencintaimu.
Ia ingin kamu ingat untuk berbicara kepada-Nya, mengertikah kamu?
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !